Senin, 04 Mei 2009

Bangun Desa Kemanukan

Mari bangun desa kita Tercinta ”Kemanukan menantimu”

Sudah sewajarnya, setelah kita menyelesaikan study pada tingkatan tertentu pastilah orientasi pada Lapangan Pekerjaan. Kerena memang itu hak setiap individu dan merupakan kebutuhan primer. Akan tetapi menjadi tidak wajar ketika kita “ mencari makan” di lain tempat lantas lupa dengan tempat dimana kita telah dilahirkan, dibesarkan dan tempat yang telah membentuk kepribadian kita ini. Jangankan mereka yang berada jauh disana, kadangkala yang dekatpun seolah tidak peduli dengan perkembangan desa ini.

Tidak bisa dipungkiri, kadang kita terlena oleh glamour kehidupan ditempat yang lebih menjanjikan, dan kesibukan yang terus memojokkan kita. Tapi itu bukan berarti menjadikan alasan untuk semakin meminggirkan “Kemanukan” di dalam diri kita. Kepribadian, semangat, polapikir, bahkan darah di dalam tubuh kita merupakan jelmaan dari sebuah kehidupan yang secara tidak langsung mempunyai ikatan batin kekeluargaan dan culture yang sama. Persamaan hal itu yang secara tidak kita sadari, bahwa dalam jiwa yang saling berjauhan ini kita disatukan oleh satu semangat yaitu “Keluarga Besar Kemanukan”.

Dari sinilah sebenarnya permasalahan itu muncul dan inti dari tulisan ini. Akan kita cari tahu bersama dan kita resapi apa yang telah kita lakukan untuk tanah kelahiran kita. Kalau kita mau flashback kemasa kanak – kanak kita, coba bayangkan betapa indahnya saat itu. Keceriaan, kegembiraan, canda, tawa, bahkan tangis, sedih, haru, dan sepenggal kisah “kenakalan” kanak-kanak kita. Tempat kita lahir telah memberikan seluruhnya yang dia punyai agar kehidupan kita lebih berwarna dan indah.

Masih ingatkan keceriaan kita saat mandi di sungai, bangsang/ngasinan? Betapa cerianya bermain disawah, njomblangan, malangan, cermai,prenolo. Bagaimana rasa jambu mente, duet, salam, nanas, dan pakel? Dimanakah letak mengger, pathuk,pendhem? Senangnya kita saat ada pertunjukan wayang dan jaran kepan” incling” saat merti deso dan rebutan jolen? Keceriaan di TK serbaguna, SD Surokriyan, SD Kemanukan, mungkun SMP Pakem, Yos Sudarso, SMP 36 dan mungkin juga SMK 7. Sepenggal dari dari kisah indah masa kecil dari sekian banyak kejadian yang telah kita alami. Cobalah kita flashback dan renungi bersama, mencoba mengingatkan betapa bersyukurnya kita dilahirkan didesa Kemanukan.

Akan tetapi semua itu seolah ironis dengan kehidupan sekarang. Sudahkah kita berterimakasih atas keceriaan, kegembiraan dan semua yang telah kemanukan berikan? Pernahkan kita berfikir , konstribusi apa yang pernah kita berikan? Seberapa besar kita bisa membalas? Bagaimana kepedulian kita terhadap perkembangannya? Seberapa perhatian kita? Dan masih banyak lagi hal – hal sepele yang kadang kita lupa begitu saja seolah acuh – tak acuh dengan desa kita tercinta. Apakah itu adil saudaraku? Jawaban ada ditangan kita semua. Silahkan kita renungi, kita resapi dan kita jawab lewat hati kita masing-masing.

Semua belum terlambat, lebih baik bertindak dari pada tidak sama sekali.Mulai saat ini marilah kita peduli dengan perkembangan desa kita, marilah bersama satukan langkah, bulatkan tekat demi kemajuan kemanukan. Bukan waktunya untuk acuh lagi, sekarang masa depan ada ditangan kita. Ajakan ini saya tujukan kepada semua pihak yang terketuk hatinya dan mau menyumbangkan pemikirannya. Lewat blog ini bagi siapa saja yang mempunyai kritik dan saran yang membangun, langsung saja di posting di blog ini. Saya akan mencoba memfasilitafi agar informasi anda sampai sasaran dan bisa di aplikasikan untuk perkembangan desa kita. Peran aktif anda sangat dibutuhkan, mari bersama untuk membangun kemajuan bersama. Tidak ada kemerdekaan tanpa perjuangan…….

Mari bersama untuk memahami, mengerti,mencintai dan mensyukuri…

Kemanukan Menanti Kita…. Gregah, Gumregah, Anggayuh Mukti!!


BY: mas_phay

Fajar Wahyu Wardoyo

Oendrozeno, Karangsari

4 komentar:

  1. sangat setuju,mari kita bangun bersama dengan kegotong royongan yang rukun.

    BalasHapus
  2. sangat setuju,mari kita bangun bersama dengan kegotong royongan yang rukun.

    BalasHapus
  3. Mas Fajar, saya ingin sekali belajar ilmu di Hardo Pusoro apakah panjenengan punya no kontak nya? Suwun

    BalasHapus