Kamis, 14 Mei 2009

Sejarah Desa Kemanukan

SEJARAH DESA KEMANUKAN

Sejarah terjadinya desa kemanukan sampai tahun 2009 ini kurang lebih sudah 146 tahun, yaitu dimulai sekitar tahun 1863. Sebelumnya hanya dimulai dari kelompok masyarakat saja, belum berbentuk desa. Kelompok masyarakat ini dipimpin oleh seorang terkemuka yang bernama Imam Darso, dan oleh kelompok masyarakat dipercaya menjadi pimpinannya dan diberi julukan Kyai Imam Darso. Sedang desa / pedukuhan itu dinamakan Tanjunganom.

Kemudian datanglah seorang baru beserta keluarganya yaitu Wongsonegoro. Wongsonegoro tinggal di Tanjunganom , setelah pindah dari desa asalnya yaitu desa Ngaran . Disana Wongsonegoro berkedudukan sebagai Demang Ngaran. Walaupun pendatang baru, akan tetapi Wongsonegoro dipandang terkemuka oleh masyarakat setempat. Dimuka rumahnya ditanamkan pohon sawo 4 batang, sehingga tempat itu tersohor dan dinamakan Sawo Jajar ( Sawo 4).

Oleh kerena Wongsonegoro merupakan orang yang terpandang, maka kekuasaan pimpinan dan mengatur masyarakat oeleh Kyai Imam Darso lalu diserahkan kepada Wongsonegoro untuk menjadi pipminan masyarakat Tanjunganom. Wongsonegoro yang menjadi pemimpin tanjunganom, akhrirnya menjadi Patih Pertama Kabupaten Purworejo, mendampingi Bupati Cokronegoro I (makamnya di Kayu lawang Purworejo). Oleh karena itu, sejak wongsonegoro naik menjadi patih kabupaten, maka pada tahun 1963 didirikan dan ditunjuknya R.Sastrosuwongso menjadi Lurah Pertama. Dengan ini maka Tanjunganom diganti menjadi Kemanukan.

Tiga (3) tahun kemudian atau lebih tepatnya pada tahun 1866 karena manentang Politik Pemerintahan maka R.Sastrosuwongso lalu dihukum pentheng sehari semalam. Selanjutnya diberhentikan dari jabatan Lurah desa Kemanukan. Dengan adanya kekosongan LUrah Desa maka ditunjuk R.Sutosemito menjadi Lurah desa Kemanukan sampai tahun 1876 berhentilah Kepala Desa ini. Jadi R.Sutosemito menjabat lurah desa Kemanukan Selama 10 tahun.

Berhentinya lurah yang kedua (2) lalu ditunjuk dan diangkat R.Somocitro menjadi Lurah desa Kemanukan yang ketiga (3). R.Somocitro hanya memimpin Kemanukan selama 4 tahun saja. Pemilihan Lurah dengan cara ditunjuk oleh Wedana Cangkrep (Sutonegara) ini kurang efektif dan kerap tidak lama lalu berhenti, maka diadakan perubahan pemilihan Lrah yaitu dengan cara pemilihan dengan melibatkan warga desa.

..................................................(bersambung...................)

Kamis, 07 Mei 2009

PETA DESA KEMANUKAN

Desa Kemanukan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo terletak seperti pada gambar. Purworejo merupakan kabupaten yang terletak di bagian paling selatan pulau jawa. Kabupaten yang langsung berbatasan langsung dengan Provinsi Yogyakarta. Dapat diliha jelas pada gambar letak Desa Kemanukan tersebut.

Lihat peta desa Kemanukan













Lokasi Desa Kemanukan ditunjukkan oleh tanda (A)

Gambar Desa Kemanukan dilihat dari atas

Seperti yang sebelumnya kita kenal, desa kemanukan merupakan daerah subur yang memiliki struktur kesuburan tanah tinggi. Terlihat dari beraneka ragamnya lahan pertanian, baik kebun, sawah, lading dan hutan. Pada gambar berikut ini terlihat denga jelas keadaan desa dengan hamparan sawahnya yang luas, suburnya lading dan hijaunya hutan di desa kemanukan. Gambar tersebut hanya mewakili seluruh desa, hal ini dimaksudkan agar memberikan gambaran yang jelas tentang kodisi geografis. Gambar difokuskan pada pesawahan dan daerah pemukiman yang merupakan pusat alur kehidupan masyarakat setempat. Dapat dilihat, sungai yang memotong jalan, tepatnya di jembatan ngasinan. Garis lurus merupakan jalan antar desa dari piji-kemanukan. Sawah yang membentang merupakan lahan pertanian warga, kulon ngasinan, pleret, siwatu, penagan, batur miget, sangrahan, njomblangan, malangan, siweru dan lainnya. Ditengah Pemukiman terlihat perpotongan jalan, yakni perempatan kemanukan. Disitulah pusat pemerintahan , pusat ekonomi, dan pusat rantai kehidupan masyarakat. Disamping perempatan terdapat pasar, balai desa, Puskesmas, bank, koperasi, bahkan sekolahan. Pembagian yang jelas untuk dusun, yakni terlihat dusun krajan kulon, krajan wetan, karang sari, dan sebagian jolotundo, hanya saja karang rejo tidak terlihat.

Gambar desa kemanukan dari atas












Senin, 04 Mei 2009

Bangun Desa Kemanukan

Mari bangun desa kita Tercinta ”Kemanukan menantimu”

Sudah sewajarnya, setelah kita menyelesaikan study pada tingkatan tertentu pastilah orientasi pada Lapangan Pekerjaan. Kerena memang itu hak setiap individu dan merupakan kebutuhan primer. Akan tetapi menjadi tidak wajar ketika kita “ mencari makan” di lain tempat lantas lupa dengan tempat dimana kita telah dilahirkan, dibesarkan dan tempat yang telah membentuk kepribadian kita ini. Jangankan mereka yang berada jauh disana, kadangkala yang dekatpun seolah tidak peduli dengan perkembangan desa ini.

Tidak bisa dipungkiri, kadang kita terlena oleh glamour kehidupan ditempat yang lebih menjanjikan, dan kesibukan yang terus memojokkan kita. Tapi itu bukan berarti menjadikan alasan untuk semakin meminggirkan “Kemanukan” di dalam diri kita. Kepribadian, semangat, polapikir, bahkan darah di dalam tubuh kita merupakan jelmaan dari sebuah kehidupan yang secara tidak langsung mempunyai ikatan batin kekeluargaan dan culture yang sama. Persamaan hal itu yang secara tidak kita sadari, bahwa dalam jiwa yang saling berjauhan ini kita disatukan oleh satu semangat yaitu “Keluarga Besar Kemanukan”.

Dari sinilah sebenarnya permasalahan itu muncul dan inti dari tulisan ini. Akan kita cari tahu bersama dan kita resapi apa yang telah kita lakukan untuk tanah kelahiran kita. Kalau kita mau flashback kemasa kanak – kanak kita, coba bayangkan betapa indahnya saat itu. Keceriaan, kegembiraan, canda, tawa, bahkan tangis, sedih, haru, dan sepenggal kisah “kenakalan” kanak-kanak kita. Tempat kita lahir telah memberikan seluruhnya yang dia punyai agar kehidupan kita lebih berwarna dan indah.

Masih ingatkan keceriaan kita saat mandi di sungai, bangsang/ngasinan? Betapa cerianya bermain disawah, njomblangan, malangan, cermai,prenolo. Bagaimana rasa jambu mente, duet, salam, nanas, dan pakel? Dimanakah letak mengger, pathuk,pendhem? Senangnya kita saat ada pertunjukan wayang dan jaran kepan” incling” saat merti deso dan rebutan jolen? Keceriaan di TK serbaguna, SD Surokriyan, SD Kemanukan, mungkun SMP Pakem, Yos Sudarso, SMP 36 dan mungkin juga SMK 7. Sepenggal dari dari kisah indah masa kecil dari sekian banyak kejadian yang telah kita alami. Cobalah kita flashback dan renungi bersama, mencoba mengingatkan betapa bersyukurnya kita dilahirkan didesa Kemanukan.

Akan tetapi semua itu seolah ironis dengan kehidupan sekarang. Sudahkah kita berterimakasih atas keceriaan, kegembiraan dan semua yang telah kemanukan berikan? Pernahkan kita berfikir , konstribusi apa yang pernah kita berikan? Seberapa besar kita bisa membalas? Bagaimana kepedulian kita terhadap perkembangannya? Seberapa perhatian kita? Dan masih banyak lagi hal – hal sepele yang kadang kita lupa begitu saja seolah acuh – tak acuh dengan desa kita tercinta. Apakah itu adil saudaraku? Jawaban ada ditangan kita semua. Silahkan kita renungi, kita resapi dan kita jawab lewat hati kita masing-masing.

Semua belum terlambat, lebih baik bertindak dari pada tidak sama sekali.Mulai saat ini marilah kita peduli dengan perkembangan desa kita, marilah bersama satukan langkah, bulatkan tekat demi kemajuan kemanukan. Bukan waktunya untuk acuh lagi, sekarang masa depan ada ditangan kita. Ajakan ini saya tujukan kepada semua pihak yang terketuk hatinya dan mau menyumbangkan pemikirannya. Lewat blog ini bagi siapa saja yang mempunyai kritik dan saran yang membangun, langsung saja di posting di blog ini. Saya akan mencoba memfasilitafi agar informasi anda sampai sasaran dan bisa di aplikasikan untuk perkembangan desa kita. Peran aktif anda sangat dibutuhkan, mari bersama untuk membangun kemajuan bersama. Tidak ada kemerdekaan tanpa perjuangan…….

Mari bersama untuk memahami, mengerti,mencintai dan mensyukuri…

Kemanukan Menanti Kita…. Gregah, Gumregah, Anggayuh Mukti!!


BY: mas_phay

Fajar Wahyu Wardoyo

Oendrozeno, Karangsari